Sabtu, 20 Oktober 2007

Balik Ke Jakarta

Balik Jakarta. Selasa 16 Oktober 2007.
Berangkat dari Cawas pukul 6.30 pagi kita melewati Pedan-Karangwuni-Jatinom-Boyolali Setelah itu lurus melalui jalur Semarang dan akhirnya pantura. Sebenarnya ada 2 alternatif arus besar, yakni jalulr selatan lewat Cawas-bayat-Bendo Gantungan-Terus lurus Jogja dan melalui Jalur Selatan.
Sekarang menggunakan jalur pantura karena untuk lebaran sebelumnya kita sudah menggunakan jalur Selatan Jawa, dan kini mencoba untuk menggunakan jalur Pantura untuk balik ke Jakarta.
Sesampai di boyolali, sekitar pukul 6.45, saya berkeinginan untuk memotret Gunung Merap[I dari arah kemusuk makanya saya berbelok kearah Musuk, tetapi sayang sudut pandang merapi yang bagus tidak bisa saya dapatkan sehingga tidak jadi melakukan pemotretan gunung merapi. Setelah setengah jam naik motor ke atas akhirnya aku putuskan untuk kembali lagi ke jalur jalan raya dan segera bergegas menuju Semarang.
Jalan rame tapi sangat lancer, hal ini kemungkinan para pemudik belum banyak yang pulang ke Jakarta, karena masa liburan khan juga masih lama. Kira-kira masih 5 hari lagi di kampong atau 6 hari sebelum hari kerja masuk.
Sebenarnya jalur kea rah semarang merupakan jalur yang sangat nyaman di pagi hari, terutama di daerah Solotigo, Karena masih banyak pepohonan yang menghijau sehingga pemandangan di musim kemarau ini tidak gersang-gersang amat.
Pukul 8.30 saya sudah tiba di semarang, tepatnya kurang lebih di dekat Akpol. Jadi boleh dibilang perjalanan pagi hari ini merupakan perjalanan yangs sangat lancer.
Pukul 9.00 (kurang lebih) aku mengisi bensin di jalur antara Semarang-Kendal, beberapa kilometer sebelum memasuki kota Kendal. Ini merupakan pengisian ketiga selama musim mudik dan balik ini. Sebelumnya aku sudah mengisi di Jakarta full tank sebelum balik dan kemudian mengisi Full tank setelah melewati Pekalongan menuju Batang. Sekaligus ini untuk melakukan test berapa banyak konsumsi bensin yang digunakan selama musim mudik lebaran kali ini.
Pukul 10.30 aku berhenti untuk makan siang di Soto Semarang di Jalan Petarukan Batang. Rumah makannya bisa dibilang sangat rame, tidak tahu apakah karena sekarang musim lebaran dimana warung makan sebelahnya tidak buka atau karena memang enak. Mobil datang dan pergi silih berganti. Tetapi apaun alasannya, lumayan Enak soto situ dan sajian pelengkap sotonya bias dibilang cukup komplet. Ada sate ayam basah, sate kerang, sate jeroaan, tahu tempe, telor puyuh, kerupuk dan semua itu disajikan ketika kita melakukan pemesanan dan pesana di antar. Bukan sudah ditempatkan disitu. Ada juga teh poci gulane batu, tapi sayang gula batunya Cuma sedikit.
Setelh berhenti sebentar di sebuah masjid sebelum masuk kota batang, sebelum dhuhur, perjalanan sampai di Masjid berikutnya di kota Brebes sebelum masuk kea rah Cirebon. Kita berhenti berisirahat disitu, kurang lebih pukul 13.30 dan sholat dan tidur sebentar, pukul 14.30 perjalanan di lanjutkan melintas kota cirebon yang lumayan panas.
Ohya satu catatan ketika aku di masjid untuk sholat dhuhur dan ashar di jamak, kok sepetinya mesjid itu angker juga, bukan karena karomah mesjid itu, tetapi karena tulisan yang terpampang di situ “Sandal-Sepatu dan sepeda moator harap di jaga sendiri/” terkesan disitu banyak terjadi pencurian dan memang sih, banyak preman yang menjaga tempat parkit mesjid itu dan mengutip jasa 1000 untuk motor dan untuk mobil aku tidak tahu. Memang banyak hal yang harus dilakukan oleh pemimpinn Islam agar suasana mesjid menjadi penuh wibawa dan memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengunjungnya.
Melewati kota cirebon lumayan lancar, tidak ada titik kemacetan yang terjadi, bahkan pintu di perlintasan masuk jalan tol yang biasanya tempat kemaceatan terjadi nampak okey-okey saja. Dari cirebon kita menuju jalur palimanan-kadipaten untuk selanjtnya menuju ke arah sumedang dan bandung. Aku belum pernah melewati jalur ini sehingga jalur ini aku lalui sekarang. Lumayan lancar dan tidak ada kemaceten. Untuk menghilangkan rasa penat dan capek saya berhenti sebentar di pinggiran sungai Cibingbing untuk sekedar melepaskan lelah dan memulihkan kondisi fisik. Disitu saya minum es kelapa, harganya Rp 5.000,- Aku disitu sekitar pukul 16.45 sore berangkat kembali menuju arah sumedang. Dan sampai di sumedang maghrib dan mencari penginpan. Kita mendapatkan penginapan di hotel kencana untuk melati 1 dan mendapatkan kamar ekonomi seharga Rp 85.000,-. Lumayan jorok kelas ekonomi ini, tapi ya beginilah namanya juga kelas ekonomi. Bayangkan gagang kunci sebelah dalam sudah rompal copot. Dan kalau mau buka pintu harus dilakukan pemasangan gagang supaya as kunci pintu dapat berputar.
Sementara tara kamar mandinya bau dan airnya sangat keruh, dan sisa-sisa sabun dan bungkus sabun semua ditaruh di atas lubang angin. Sehingga menjadikan pemandangan yang tidak indah. Tidakkah punya waktu bagi pengelola hotel ini untuk sekedar membersihkan kamar mandi dari sisa-sisa sabun dan pembungkuskanya dari pada hanya sekedar di taruh di lubang angin. Yang lebih menakjubkan di lubang angin itu adalah adanya kondom bekas yang di taruh disitu. Rupanya hotel ini merupakan hotel mesum juga, mungkin iya apalagi di pinggir jalan besar arah cirebon bandung ini.
Kota Sumaedang sebenarnya merupakan kota yang indah jika dikelola dengan baik, dengan membersihkan alun-alun dari pedagang kaki lima akan menjadiklan alun-alun menjadi tempat yang indahh di hadapan pak bupati, bukan hanya pedagang kaki lima yang mendominasi juga adanya tumpukan sampah yang berada di dekat tugu persembahan bagi pak bupati pertama sumedang KPA Suriatmaja yang banyak sekali sampah bertumpuk disitu sehingga menyebabkan pemandangan menjadi tidak indah. Kota Sumedang boeh dikata hanya sepanjang jalan Prabu Geusan Ulun saja, yang distu sudah mencakup pasar, kantor bupati, alun-alun, masjid agung, kantor polisi dan lain-lain.
Pukul 10.00 aku berangkat mneinggalkan hotel di sumedang untuk melanjutkan perjalanan ke kota bandung. Melewati pegununungan yang dahulu sangat terkenal bahayanya yakni Cadas Pangeran. Pemandangan didaaerah cadas pangeran sebenarnya indah. Dan sekarang cadas pangera sudah dibangun beton-beton pembatas antara jalan dan jurang, sehingga nampak kalau dari kejauhan seperti piringan. Dengan dibangunnya pembatas jalan ini, jalan menjadi lebih aman dan menjadi lebih lebar. Tidak seperti dahulu lagi.
Selepas cadas pangeran di situ ada tempat Wana Wisata, dimana disitu berjejer temapt makan khas Sunda dan dibawahnya dibangun taman, kemarin itu tamannya tidak tampak seperti taman karena gersang. Makan di situ murah juga harganya, tidak beda dengan tempat makan yang lain di sumedang atau bandung. Nasi pakai bakul, Pepes Ikan mas, Oncom dan cabe sayur, harganya Rp 10.000,- sama seperti harga di depok.
Selepas Wanawisata, pkl 11.30 perjalanan dilanjutkan. Terjadi kemacetan yang lumayan panjang ketika meninggalkan wanawisata menuju daerah Unpad-Unwim dan baru normal kembali setelah itu. Mungkin karena jalan sempit dan banyak keluar masuk mobil dari jalan-jalan kecil di kanan kiri jalan, beda dengan antara cadas pangeran yang kanan-kiri jurang. Nah kalau daerah Unpad kanan kiri rumah penduduk.
Perjalanan lurus sampai Ujung bErung dan melalui Sukarno hatta. Aku mampir sebentar di tempat kost lama di Ciganitri untuk silaturahmi dengan yang punya kontrakan jaman dahulu. Bu Haji Halimah, yang punya rumah dan juga Kang Yayat yang rumahnya depan kontrakan ku dulu.
Bu Haji yang dulu kaya raya sekarang sering berkeluh kesah, karena lahan tambak ikan yang menjadi penghidupan bagi dia selama ini sekarang sudah tergerus oleh pembangunan perumahan dan sudah di beli oleh developer. Sehingga praktis kini penghidupan Bu Haji menjadi berkurang. Tidak lupa disitu ada maya yang dulu ketika aku tinggalkan masih kecil dan suka bengong menunggu bapaknya kini sudah kelas 3 SMP dan tidak mengenal aku lagi. Sebenarnya anak-anak bu haji halimah dulu suka berantem dan bertengkar denganku, tetapi ketika sudah pergi mereka pada kangen J.
Selepas Silaturahmi perjalanan di lanjutkan kembali dan sekedar melewati STT Telkom tempat di mana aku menimba ilmu dan melapangkan jalan mendapatkan pekerjaan dahulu. Suasana sepi karena masih pada libur dan kost-kost disekitarnyapun masih juga nampak sepi, mungkin masih pada libur lebaran.
Selepas itu aku ke jalan buah batu melalui sukabirus dan terowongan jalan tol. Dan belok ke arah buah batu dan lanjut sampai ke arah Cimahi-Cianjur-Puncak. Jalanan arah puncak lumayan lancar dan menyenangkan dimana jalan dari cimahi padalarang cipata berkelok-kelok walaupun halus, tetapi tetap hati-hati.

Mudik Via Jalur Alternatif


10 Oktober selepas piket malam di kebon sirih 12 lt 12, Kembali kita menggunakan jalur kendaraan sepeda motor sebagai sarana transportasi untuk mudik lebaran tahun ini. Semula saya sudah merencanakan dengan menggunakan motor V.IXION dari Yamaha sekaligus untuk test drive ke klaten, tetapi apa daya harus indent sampai masa yang tidak ditentukan sehingga rencana batal.
Rencana awal adalah kita akan menggunakan jalur Cikampek- Purwakarta -Subang -Palimanan -Cirebon sebagai jalur alternatif dari Cikampek-Indramayu-Cirebon.
Jalur alternatif kedua yang akan kita lewati adalah Tegal-Purwokerto-Banyumas-Purworejo -Jogja-Klaten sebagai jalur alternatif Pantura-Semarang-Solotigo-Boyolali-Klaten.
pkl 5.15 langsung berangkat keluar kantor dan melewati pulo gadung, tembus-tembus di Bekasi di Mitra keluarga Bekasi Timur. Disini kita dihadang oleh kemcetan panjang yang luar biasa.
Lolos dari jebakan kemcetan kita terus lurus menyusuri bantaran sungai Kalimalang sampai ujung, baru steleh itu belok kiri. sambil mencoba melewati jalur yang tidak biasa. Lewat jalur alternative melalui Purwakarta-subang-kadipaten-cirebon.
Pkl. 7.45 kita smapai pertigaan Cikampek, kalao ke kanan ke arah pintu jalan tol Cikampek-Jakarta, kalau kiri ke arah Cirebon. Kita ambil jalur ke kanan. Jalur ini belum pernah aku lewati, selain kalau naik bis dari jawa lewat jalur alternatif. Pada saat masuk ke arah purwakarta dari cikampek, jalan bener nikmat, jalan luas, jalan halus, mungkin karena sisa-sisa jalan kebesaran bandung jakarta, sehingga kondisi jalan memang sangat bagus. Sesampai ke simpang menuju Subang jalan juga sangat bagus sampai kemudian di subang. Arus mudik memang kelihatan sangat sepi. Kondisi jalan juga naik-turun. Dan ini sangat cocok bagi anda yang suka bertualang dan menikmati tikungan-tikungan jalan. Tapi hati-hati kalau tiba-tiba ada mobil nongol di depan kita.
Pkl 9.aa, Sampai kemudian kita sampai ke perkebunan PTPN lupa namanya, yang mengelola kebon karet. Disini memang suasana sangat nyaman dan jalan justru membuat ngantuk. Istirahat sebentar di kebon karet tersebut sambil makan pop mie, maklum sepanjang perjalanan perut terasa lapar karena hawa dingin daerah subang. Pkl 9.45 kita berangkat lagi.
10.30 istirahat lagi di Islamic centre Subang
Tetapi sesampai di kalijati ke arah cijelang, jalan minta ampun bergelombang dan pemandangan juga sangat tandus. Disana –sini nampak rumput-rumput kering dan bekas lahan yang dibakar. Sehingga suasana nampak terasa panas.
Kemudian setelah pukul 12.30 menit, saya sampai ke daerah Palimanan dan beristirahat disebuah masjid di pinggir kiri jalan. Dan tidur sampai pkl 13.30 sambil menunggu matahari sudah tergelincir sehingga tidak terasa panas-panasnya.
Pkl. 14.00, saya sudah sampai di Ciarebon dan kembali beristirahat dengan mampir makan di empal gentong di pinggir jalan. Lokasi saya makan sudah lumyan jauh di luar kota cirebon, tetapi daerahnya aku tidak hapal. Baru pertama kali saya merasakan salah satu masakan khas orang cirebon ini. Lumayan juga rasanya mirip dengan opor jeroan sapi ( atau memang itu intinya ya....).
Selepas makan empal gentong perjalanan dilanjutkan kembali dan tidak seberapa lama kita langsung dihadang oleh kemacetan di daerah cirebon sampai ke daerah Brebes, lumayan juga panjangnya kemacetan tersebut, tetapi lumayan walaupun macet kita masih bisa bergerak di sela-sela badan kendaraan-kendaraan besar.
Sesampai di pekalongan pukul 18.00 dan akhirnya aku putuskan untuk beristirahat di tempat penginapan di jalan hayamwuruk dan hotelnyapun bernama hotel hayam wuruk. Di hotel itu ada beberapa tarif kamar, diantaranya untuk standard Rp 85.000, ada kipas angin dan TV. Kamar mandi air biasa, dan keadaan kamarnya kurang bagus, banyak terdapat sarang laba-laba di atas kamar mandi, pertanda sudah lama tidak dilakukan pengecekan kebersihan.
Di dekat penginapan ada Masjid Agung Pekalongan, dan ditempat itiulah saya mencari makan malam dan aku mendapatkan lontong opor ayam kampung. Tempatnya di sisi-sisi alun-alun. Banyak penjual makanan di sana dan kita bisa pilih sendiri yang mana kita suka. Lumayan enak juga lontong opor-nya, dan harganyapun tidak mahal, untuk 1 porsi berikut teh manis manis hanya seharga Rp 8.000 saja.
Pagi aharinya saya sambil mencari-cari sarapan yang ada di pekaloangan kita berjalan-jalan dengan menggunakan sepeda motor. Lumayan lama juga kita mencari sebelum pada akhirnya terpaksa menyerah dan mendapatkan asal sarapan di pinggir jalan dengan menu sepertinya sisa makanan yang tidak habis tadi malam, dan harganyapun tidak mahal, Cuma Rp 6.500,00 berikut teh manis juga. Tidak apa-apa yang penting perut tidak kosong dalam perjalan pulang menuju klaten. Apalagi saatini adalah akhir-akhir bulan puasa, jadi sangat di maklumi jika memang tidak ada persediaan untukl sarapan pagi dari warga pekalongan. Tetapi sebenarnya banyak juga yang buka untuk sarapan pagi bagi mereka yang tidak berpuasa, khususnya yang dijual oleh pedagang dari etnis cina yangbiasanya memang bukan beragama islam.
Pukul 09.00 perjalanan pagi dilanjuutkan melewati Batang dan melewati alas roban yang sekarang tidak seangker jaman dahulu yang terkenal rawan, tetapi tidak tahu juga apakah akalau malam hari sekarang masih sangat angker seperti jaman dahulu yang jelas suasana di pasar roban sekarang jauh lebih nyaman.
Sampai kemudian ada jalan pertigaan setelah alas roban ada jalan alternatif untuk menuju Semarang melalui Weleri, nah saya melewati jalur itu karena saya belum pernah melalui jalan tersebut. Jalan turunnya lumayan curam sehingga kita harus berhati-hati untuk melalui jalur altenatid ini pada awal-awalanya, apalagi jalan dibuat dari beton cor yang sudah mulai licin disana-sini tergerus oleh perputaran roda berputar. Jadi disini harus waspada, jangan menyepelekan kondisi jalan. Setelah mellalui jalan yang berliku-liku kita akan emndapat sebuah kota kecamatan yang lumayan ramai, Weleri, dan setelah itu ada pertigaan menuju Parakan dan Temannggung.

Jumat, 05 Oktober 2007

Aduhhhh... Laparrr

ADuh Lapar... tadi malam sahur jam 1.30. sehabis pulang mengikuti Ihya Qiyamullail di ICC Al-Huda. walau pun tidak selesai. karena pembacaan Jusyan Kabir yg teramat panjang dan melelahkan. apalagi pagi harinya harus masuk kerja jam 8.00 tettt.
jadnya ya sdh pulang aja dan sampai depok ada nasi uduk betawi yang buku di depan kounter poto (kalo siang) makan disitu sekalian sahur.
langsungtidur dan terlambat bangun....

Kamis, 04 Oktober 2007

test

testt

Ketemu BRTI



Dengar pendapat antara SEKAR Telkom dan BRTI, kemarin berlangsung di tempat Dirjen Parpostel yang juga ketua BRTI, Basuki Iskandar, Medan Merdeka Barat.
Suasana berlangsung meriah dengan dihadiri 2 kubu yang saling berseteru yakni BRTI sebagai pengatur regulator dari pemerintah dengan tim-nya yang hadir saat itu, seperti pak basuki sendiri, Heri Nugroho, Heru Sutadi, Bu Koesmariati Sugondo ( dulu Dirut Telkomsel ), Bambang , Kamilov Sagala ( cukup lengkaplah) dan beberapa orang yang aku lupa namanya karena gak pernah buka suara.
Sedangkan SEKAR terdiri dari segerombolan orang dari berbagai daerah baik itu tingkat DPP bandung seperti Bambang Budiono, Wisnu AW, Amir F, IPung, Nuryadin Salam (makasar), Budi Pras ( Surabaya), Dedi dari Balik papan, didukung oleh anggota tim dari seluruh Indonesia terutama jakarta.
Pokoknya seru banget... yang jelas dari Telkom keberatan Jika aturan di kode akses di terapkan apalagi dengan hanya kompensasi 478 M seperti yang dirilis di media2. TEtapi hal ini dibantah oleh Heri Nugroho, bahwa BRTI telah memberikan hal yang lebih kepada Telkom, bukan hanya uang saja, tetapi frekuensi radio berapa Hz, yang akhirnya di berikan kepada Telkomsel dan akses SLI 007 utk bersaing dengan Indosat.
Sementara Nuryadin salam, menyampaikan argumen dari sisi Customer based, dimana Telkom sebagai Incumbent telah bertahun-tahun membangun dasar pelanggan dengan "berdarah-darah" aplagi untuk daerah di Luar jawa, sementara kompetitor hanya langsung memanfaatkan customer based itu hanya dengan membangun jaringan antar kota kalau perlu dan setelah itu menggunakan layanan SLJJ, uenak sekali.
Bahwa Telkom tidak atakut bersaing dan bukan anti kompetisi, tetapi jangan membunuh Telkom dengan regulasi yang mencekik Telkom. kalau kompetisi dan akhirnya tidak sanggup dan mati ya itu salah Telkom, tetapi kalau dengan regulasi dan akhirnya Telkom tidak bisa bergerak apa-apa, maka kami akan melawan.
Pokoknya masih banyak dech ... sampai aku sendiri lupa apa aja yang dibicarakan karena aku juga ngantuk dan pingin kencinggggg.........

Mana SEKARwati

"Mana SEKARwati ?"
Pertanyaan itu dilontarkan oleh pak Basuki Iskandar, waktu kita bertatap muka dgn BRTI membahas masalah kode akses SLJJ, antara Ditjen Postel yang juga ketua BRTI dengan SEKAR Telkom. waktu itu pak basuki memberi sambutan dan mengatakan, "Bapak-bapak dan ....... " mana Wanitanya kok gak ada ?"
"Mana SEKARwati ? " Pak Basuki mengulangi pertanyaan, setelah diberitahu Istilah SEKAR untuk anggota Wanita. Ditambahkannya, "kalau ada wanitanya khan tidak gersang dan ada kesejukan ". Wanita itu ibarat batu es yang mendinginkan suasana.
Di Dunia politik, termasuk dalam hal ini SErikat Karyawan, elemen wanita merupakan elemen yang minoritas dan hanya sebagai pelengkap dari organisiasi saja.. Peran yang dimainkan oleh wanita memang ada, tetapi menyangkut hal-hal kurang penting dalam dalam artian tidak mampu mempengaruhi kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh organisasi.
Bahkan sebagai penguruspun wanita hanya sebagai pelengkap penderita, bukan mengurus masalah organisasi, tetapi lebih banyak mengurus masalah konsumsi bila hajatan rapat kerja berlaku.
Sebenarnya dengan banyaknya pegawai wanita yang ada pada perusahaan peran wanita sangat diperlukan, agar keputusan kebijakan dalam perusahaan tidak gender sentris dalam hal ini laki-laki sentris. Peran wanita dalam meperjuangkan kepentingannya sangat di perlukan sekali. terutama menyangkut masalah kesetaraan berkarier, kesehatan reproduksi, dan kenyamanan kerja (misalnya menyangkut masalah Bullying, pelecehan seksual dll ).
Walaupun dalam hal ini lelaki juga bisa menjadi wakil wanita dalam mengambil keputusan, tetapi perhatiannya tentu saja berbeda. Karena Lelaki tidak mengalami perasaan langsung sebagai wanita dalam interaksinya dalam masyarakat sosial.
Maka peran wanita dalam politik dalam hal ini pengambilan keputusan harus didorong maju ke depan. Ingat perubahan bukanlah sebuah hadiah tetapi sebuah hal yang menuntut perjuangan dan diperjuangkan.
Coba saja perhatikan di stasiun-2 kereta. Kenapa di beberapa lokasi wanita begitu sulit untuk masuk ke dalam kereta. Lebih mudah lelaki. karena tinggal melangkah atau bergelayutan. Nah keadaan yang seperti inilah yang sebenarnya diperlukan peran wanita dalam mendesain sebuah kepentingan yang berdampak luas kepada masyarakat.
kalau semua desain-desain, baik desain sosial maupun arsitektur bangunan dikerjakan oleh lelaki, maka pola pikir lelaki masuk dalam desain itu, sehingga tidak salah jika hasil akhir desain hanya cocok untuk lelaki dan tidak cocok untuk wanita. contohnya ya kondisi stasiun dan kereta itu.
Tetapi yang jelas, emasipasi wanita dalam dunia politik sudah terbuka lebar-lebar, 30% disediakan untuk alokasi caleg untuk berebut menjadi anggota Dewan yang terhormat. Tetapi kalau gak mau......... ya sudah...

Selasa, 02 Oktober 2007

Berbuka Bersama orang Syiah.



Kemarin sore ikut buka puasa bareng di yayasan ICC Al-Huda di Warung Buncit tidak jauh dari Republika, di depan Halte Busway Pejaten persisnya.
Setelah ceramah oleh seorang Ayatollah dari Iran, Ayatollah Syaikh Jakfar Hadi, kita berbuka puasa.
Di pengajian Syiah, buka puasanya tidak pas persisi ketika adzan maghrib sebagaimana orang Suni berpuasa. Ketika Adzan maghrib masih berkumandang di Masjid yg tidak jauh dari Yayasan, ceramah masih berlangsung. sehingga kira2 15 menit setelah adzan maghrib cermah selesai dan sebagian jamaah keluar utk mengambil takjil buka, berupa kolak. tetapi sebagian lagi masih di dalam aula. Di kalangan Syiah memang dianjurkan untuk sholat maghrib dulu baru kemudian berbuka puasa.
Adzan magrib berkumndang ( yg agak berbeda dgn adzannya orang Suni ) dan sholat magrib pun tiba. Setelah sholat magrib di lanjutkan dengan sholat Isya berjamaah. jangan salah duga, kalau menganggap kita sebagai musafir... di fikih Syiah waktu sholat Isya itu hanya beberapa menit setelah sholat maghrib. dan sholat Asar hanya beberapa menit setelah sholat Dhuhur, jadi tidak heran jika kebanyakan sholat-nya orang Syiah seperti sholatnya orang yg sedang bepergian (di jamak) padahal tidak begitu. karena masalah waktu sholat saja. Afdolnya sholat Isya memang seperti waktu sholat isya utk orang Suni, begitu juga dengan sholat Asar.
baru setelah sholat Isya kita berbuka puasa bersama, jadi kalau dihitung-2 kalau Adzan Magrib pkl 17.50 menit maka buka puasa bersama orang Syiah pkl 18.30 waktu jakarta.
Ada Pengalaman lucu ketika Ayatollah baru datang minggu yang lalu, karena yg datang lebih banyak dari perkiraan maka menu berbuka pun kurang. Ada 3 bagian makan untuk makan besar yakni Nasi, Lauk dan Lalap. karena pembagian yang tidak terkoordinir rappi maka ada sekelompok orang yang mendapat nasi saja, ada yang mendapat lauk saja dan ada yang mendapat Lalapan saja.
Nah Aku yg kebetulan mendapatkan lalapan saja. dan lalapannya terdiri dari Keju dari Iran, Lalapan Entah dari daun apa, dan 2 potong korma. Alhasil ketika di kumpulkan lalapan itu lebih mirip dari rumput untuk makanan kambing dari pada lalapan untuk berbuka.
Tetapi tidak apa-2 lain ladang lain rumputnya. lain lubuk lain ikannya. setiap tempat memiliki cir khas masing2 yg tidak ada pada tempat yg lain.

Senin, 01 Oktober 2007

Depok Jakarta naik motor 2 Jam.

Senin, 1 Oktober pagi ini, macetnya jalan antara rumahku di permata depok sampai ke kantor di jln kebon sirih 12 minta ampun macetnya. gak ketulungan macetnya.
masak aku dari rumah pukul 6.40 sampai kantor jam 8.40. padahal aku naik sepeda motor. memang sih kalau naik kereta Express jauh lebih cepat, dari rumah pkl 6.45 sampai stasiun depok lama pkl 7.00 kurang dikit naik kereta 7.10 lebih dikit sampai stasiun gondang dia pkl 7.45, sarapan dulu gudeg atau nasi uduk atau soto bogor atau yang lainnya, baru jalan kaki ke kantor dan sampai kantor 8.15. tapi itu kalo hari biasa. kalau pas puasa gini, sampai gondangdia langsung jalan kaki kekantor dan sampai kantor pkl 8 kurang.
Ngebayangin naik motor depokjakarta sama aja ngebayangin jalan kaki depok jakarta, mana sudah panas, macet-nya minta ampun.
titik kemacetan dari permata depok sampai di kebon sirih sebagai berikut :
keluar rumah belok dikit langsung dihadang kemacetan di pondok terong, persis penyeberangan kereta api, lolos dari situ agak laju dikiiiitt sampai lah di Gandaria tempat orang jualan es kelapa, disitu banyak angkot ngetem nungguin cewek yang mau berangkat kerja yg sedang mandi, ( habissnya setiap gang di tengok, setiap orang leat ditanyaain, tapi memang gitu ya mencar kehidupan itu hehehehe.... ). Macetnya ntar sampai ke jalan masjid, kalau nasib lagi baik tambah lagi sampai ke jembatan tempat bertemunya jalan layang yang baru di bangun disitu. lolos dari situ macet di pintu masuk jalan ke stasiun, lolos dari situ nanti macet di per4tan PLN ( PLN-nya skrg dah pergi tapi namanya tetap di kenang ). lolos dari situ... nanti macet di belokan dekat kantor polres di margonda sampai ke lampu merah, terus macet dikit di belokan dekat STM, terus belokan ke arah pesona, lolos dari situ agak lumayan karena di per3an juanda bisa jalan lurus dan kalau pagi2 DETOS dan M2C belom pada buka jadi gak macet ( tapi jangan tanya kalo siang-sore-malam, minta ampyuuunnn). lolos dari situ nanti dihadang kemacetan yg lumayan panjang dari gunadharma sampai ke jalan sawo ( depan jln kober) maklum lah disitu banyak mahasiswa pada nyebrang jalan, dan pengguna jalan pun memperlambat laju sambil melihat siapa sih yg jalan hehehehe... gak mau rugi melewatkan mahasiswi UI yang mw lwt menyebrang. nah... lolosdari situ lebih longgar ... asal tidak ada mobil mogok atau mobil berhenti di putaran UI jalan bisa lebih laju, sampai di belok jalan di lintasa kereta api di Sebelum stasiun Univeritas Pancasila. Nah sampai situ macetnya sampai ke Sta LA ( 100 dechhhhh ). Maklum lahhh disini merupakan tempat pertemuan angkot-2 jurusan Srengseng atau pokoknya yg menuju di area dalam-lah dan banyak orang menyeberang dari dan menuju stasiun. lolos dari sta LA, laju dikit sampai ke dekat Sta Tj Barat. macet sampai bawah jalan layang tol putaran yg melintas rel kereta api.
lolos dari situ .... kalo nasib baik tidak sedang ada metromini mogok di puntaran lintasan rel KA pol tangan bisa laju kencang sampai terowongan pasar minggu. ya sudah dari situ sampai kebon sirih tidak ada jalan yang tidak macet... apalagi di pinggir jalan tol MT Haryonno-Gatsu sekaranglagi pengerjaan jalur busway sehingga memakan tempat 1 lajur jalan. sehingga waktu yg ditempuh secara total hampir 2 jam. Ampyuuuunnnn..... tapi ya sudah itu pengalaman selingan naik kantor pake motor, yg biasanyanya pake kereta listrik.