Berangkat dari Cawas pukul 6.30 pagi kita melewati Pedan-Karangwuni-Jatinom-Boyolali Setelah itu lurus melalui jalur Semarang dan akhirnya pantura. Sebenarnya ada 2 alternatif arus besar, yakni jalulr selatan lewat Cawas-bayat-Bendo Gantungan-Terus lurus Jogja dan melalui Jalur Selatan.
Sekarang menggunakan jalur pantura karena untuk lebaran sebelumnya kita sudah menggunakan jalur Selatan Jawa, dan kini mencoba untuk menggunakan jalur Pantura untuk balik ke Jakarta.
Sesampai di boyolali, sekitar pukul 6.45, saya berkeinginan untuk memotret Gunung Merap[I dari arah kemusuk makanya saya berbelok kearah Musuk, tetapi sayang sudut pandang merapi yang bagus tidak bisa saya dapatkan sehingga tidak jadi melakukan pemotretan gunung merapi. Setelah setengah jam naik motor ke atas akhirnya aku putuskan untuk kembali lagi ke jalur jalan raya dan segera bergegas menuju Semarang.
Jalan rame tapi sangat lancer, hal ini kemungkinan para pemudik belum banyak yang pulang ke Jakarta, karena masa liburan khan juga masih lama. Kira-kira masih 5 hari lagi di kampong atau 6 hari sebelum hari kerja masuk.
Sebenarnya jalur kea rah semarang merupakan jalur yang sangat nyaman di pagi hari, terutama di daerah Solotigo, Karena masih banyak pepohonan yang menghijau sehingga pemandangan di musim kemarau ini tidak gersang-gersang amat.
Pukul 8.30 saya sudah tiba di semarang, tepatnya kurang lebih di dekat Akpol. Jadi boleh dibilang perjalanan pagi hari ini merupakan perjalanan yangs sangat lancer.
Pukul 9.00 (kurang lebih) aku mengisi bensin di jalur antara Semarang-Kendal, beberapa kilometer sebelum memasuki kota Kendal. Ini merupakan pengisian ketiga selama musim mudik dan balik ini. Sebelumnya aku sudah mengisi di Jakarta full tank sebelum balik dan kemudian mengisi Full tank setelah melewati Pekalongan menuju Batang. Sekaligus ini untuk melakukan test berapa banyak konsumsi bensin yang digunakan selama musim mudik lebaran kali ini.
Pukul 10.30 aku berhenti untuk makan siang di Soto Semarang di Jalan Petarukan Batang. Rumah makannya bisa dibilang sangat rame, tidak tahu apakah karena sekarang musim lebaran dimana warung makan sebelahnya tidak buka atau karena memang enak. Mobil datang dan pergi silih berganti. Tetapi apaun alasannya, lumayan Enak soto situ dan sajian pelengkap sotonya bias dibilang cukup komplet. Ada sate ayam basah, sate kerang, sate jeroaan, tahu tempe, telor puyuh, kerupuk dan semua itu disajikan ketika kita melakukan pemesanan dan pesana di antar. Bukan sudah ditempatkan disitu. Ada juga teh poci gulane batu, tapi sayang gula batunya Cuma sedikit.
Setelh berhenti sebentar di sebuah masjid sebelum masuk kota batang, sebelum dhuhur, perjalanan sampai di Masjid berikutnya di kota Brebes sebelum masuk kea rah Cirebon. Kita berhenti berisirahat disitu, kurang lebih pukul 13.30 dan sholat dan tidur sebentar, pukul 14.30 perjalanan di lanjutkan melintas kota cirebon yang lumayan panas.
Ohya satu catatan ketika aku di masjid untuk sholat dhuhur dan ashar di jamak, kok sepetinya mesjid itu angker juga, bukan karena karomah mesjid itu, tetapi karena tulisan yang terpampang di situ “Sandal-Sepatu dan sepeda moator harap di jaga sendiri/” terkesan disitu banyak terjadi pencurian dan memang sih, banyak preman yang menjaga tempat parkit mesjid itu dan mengutip jasa 1000 untuk motor dan untuk mobil aku tidak tahu. Memang banyak hal yang harus dilakukan oleh pemimpinn Islam agar suasana mesjid menjadi penuh wibawa dan memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengunjungnya.
Melewati kota cirebon lumayan lancar, tidak ada titik kemacetan yang terjadi, bahkan pintu di perlintasan masuk jalan tol yang biasanya tempat kemaceatan terjadi nampak okey-okey saja. Dari cirebon kita menuju jalur palimanan-kadipaten untuk selanjtnya menuju ke arah sumedang dan bandung. Aku belum pernah melewati jalur ini sehingga jalur ini aku lalui sekarang. Lumayan lancar dan tidak ada kemaceten. Untuk menghilangkan rasa penat dan capek saya berhenti sebentar di pinggiran sungai Cibingbing untuk sekedar melepaskan lelah dan memulihkan kondisi fisik. Disitu saya minum es kelapa, harganya Rp 5.000,- Aku disitu sekitar pukul 16.45 sore berangkat kembali menuju arah sumedang. Dan sampai di sumedang maghrib dan mencari penginpan. Kita mendapatkan penginapan di hotel kencana untuk melati 1 dan mendapatkan kamar ekonomi seharga Rp 85.000,-. Lumayan jorok kelas ekonomi ini, tapi ya beginilah namanya juga kelas ekonomi. Bayangkan gagang kunci sebelah dalam sudah rompal copot. Dan kalau mau buka pintu harus dilakukan pemasangan gagang supaya as kunci pintu dapat berputar.
Sementara tara kamar mandinya bau dan airnya sangat keruh, dan sisa-sisa sabun dan bungkus sabun semua ditaruh di atas lubang angin. Sehingga menjadikan pemandangan yang tidak indah. Tidakkah punya waktu bagi pengelola hotel ini untuk sekedar membersihkan kamar mandi dari sisa-sisa sabun dan pembungkuskanya dari pada hanya sekedar di taruh di lubang angin. Yang lebih menakjubkan di lubang angin itu adalah adanya kondom bekas yang di taruh disitu. Rupanya hotel ini merupakan hotel mesum juga, mungkin iya apalagi di pinggir jalan besar arah cirebon bandung ini.
Kota Sumaedang sebenarnya merupakan kota yang indah jika dikelola dengan baik, dengan membersihkan alun-alun dari pedagang kaki lima akan menjadiklan alun-alun menjadi tempat yang indahh di hadapan pak bupati, bukan hanya pedagang kaki lima yang mendominasi juga adanya tumpukan sampah yang berada di dekat tugu persembahan bagi pak bupati pertama sumedang KPA Suriatmaja yang banyak sekali sampah bertumpuk disitu sehingga menyebabkan pemandangan menjadi tidak indah. Kota Sumedang boeh dikata hanya sepanjang jalan Prabu Geusan Ulun saja, yang distu sudah mencakup pasar, kantor bupati, alun-alun, masjid agung, kantor polisi dan lain-lain.
Pukul 10.00 aku berangkat mneinggalkan hotel di sumedang untuk melanjutkan perjalanan ke kota bandung. Melewati pegununungan yang dahulu sangat terkenal bahayanya yakni Cadas Pangeran. Pemandangan didaaerah cadas pangeran sebenarnya indah. Dan sekarang cadas pangera sudah dibangun beton-beton pembatas antara jalan dan jurang, sehingga nampak kalau dari kejauhan seperti piringan. Dengan dibangunnya pembatas jalan ini, jalan menjadi lebih aman dan menjadi lebih lebar. Tidak seperti dahulu lagi.
Selepas cadas pangeran di situ ada tempat Wana Wisata, dimana disitu berjejer temapt makan khas Sunda dan dibawahnya dibangun taman, kemarin itu tamannya tidak tampak seperti taman karena gersang. Makan di situ murah juga harganya, tidak beda dengan tempat makan yang lain di sumedang atau bandung. Nasi pakai bakul, Pepes Ikan mas, Oncom dan cabe sayur, harganya Rp 10.000,- sama seperti harga di depok.
Selepas Wanawisata, pkl 11.30 perjalanan dilanjutkan. Terjadi kemacetan yang lumayan panjang ketika meninggalkan wanawisata menuju daerah Unpad-Unwim dan baru normal kembali setelah itu. Mungkin karena jalan sempit dan banyak keluar masuk mobil dari jalan-jalan kecil di kanan kiri jalan, beda dengan antara cadas pangeran yang kanan-kiri jurang. Nah kalau daerah Unpad kanan kiri rumah penduduk.
Perjalanan lurus sampai Ujung bErung dan melalui Sukarno hatta. Aku mampir sebentar di tempat kost lama di Ciganitri untuk silaturahmi dengan yang punya kontrakan jaman dahulu. Bu Haji Halimah, yang punya rumah dan juga Kang Yayat yang rumahnya depan kontrakan ku dulu.
Bu Haji yang dulu kaya raya sekarang sering berkeluh kesah, karena lahan tambak ikan yang menjadi penghidupan bagi dia selama ini sekarang sudah tergerus oleh pembangunan perumahan dan sudah di beli oleh developer. Sehingga praktis kini penghidupan Bu Haji menjadi berkurang. Tidak lupa disitu ada maya yang dulu ketika aku tinggalkan masih kecil dan suka bengong menunggu bapaknya kini sudah kelas 3 SMP dan tidak mengenal aku lagi. Sebenarnya anak-anak bu haji halimah dulu suka berantem dan bertengkar denganku, tetapi ketika sudah pergi mereka pada kangen J.
Selepas Silaturahmi perjalanan di lanjutkan kembali dan sekedar melewati STT Telkom tempat di mana aku menimba ilmu dan melapangkan jalan mendapatkan pekerjaan dahulu. Suasana sepi karena masih pada libur dan kost-kost disekitarnyapun masih juga nampak sepi, mungkin masih pada libur lebaran.
Selepas itu aku ke jalan buah batu melalui sukabirus dan terowongan jalan tol. Dan belok ke arah buah batu dan lanjut sampai ke arah Cimahi-Cianjur-Puncak. Jalanan arah puncak lumayan lancar dan menyenangkan dimana jalan dari cimahi padalarang cipata berkelok-kelok walaupun halus, tetapi tetap hati-hati.
Sekarang menggunakan jalur pantura karena untuk lebaran sebelumnya kita sudah menggunakan jalur Selatan Jawa, dan kini mencoba untuk menggunakan jalur Pantura untuk balik ke Jakarta.
Sesampai di boyolali, sekitar pukul 6.45, saya berkeinginan untuk memotret Gunung Merap[I dari arah kemusuk makanya saya berbelok kearah Musuk, tetapi sayang sudut pandang merapi yang bagus tidak bisa saya dapatkan sehingga tidak jadi melakukan pemotretan gunung merapi. Setelah setengah jam naik motor ke atas akhirnya aku putuskan untuk kembali lagi ke jalur jalan raya dan segera bergegas menuju Semarang.
Jalan rame tapi sangat lancer, hal ini kemungkinan para pemudik belum banyak yang pulang ke Jakarta, karena masa liburan khan juga masih lama. Kira-kira masih 5 hari lagi di kampong atau 6 hari sebelum hari kerja masuk.
Sebenarnya jalur kea rah semarang merupakan jalur yang sangat nyaman di pagi hari, terutama di daerah Solotigo, Karena masih banyak pepohonan yang menghijau sehingga pemandangan di musim kemarau ini tidak gersang-gersang amat.
Pukul 8.30 saya sudah tiba di semarang, tepatnya kurang lebih di dekat Akpol. Jadi boleh dibilang perjalanan pagi hari ini merupakan perjalanan yangs sangat lancer.
Pukul 9.00 (kurang lebih) aku mengisi bensin di jalur antara Semarang-Kendal, beberapa kilometer sebelum memasuki kota Kendal. Ini merupakan pengisian ketiga selama musim mudik dan balik ini. Sebelumnya aku sudah mengisi di Jakarta full tank sebelum balik dan kemudian mengisi Full tank setelah melewati Pekalongan menuju Batang. Sekaligus ini untuk melakukan test berapa banyak konsumsi bensin yang digunakan selama musim mudik lebaran kali ini.
Pukul 10.30 aku berhenti untuk makan siang di Soto Semarang di Jalan Petarukan Batang. Rumah makannya bisa dibilang sangat rame, tidak tahu apakah karena sekarang musim lebaran dimana warung makan sebelahnya tidak buka atau karena memang enak. Mobil datang dan pergi silih berganti. Tetapi apaun alasannya, lumayan Enak soto situ dan sajian pelengkap sotonya bias dibilang cukup komplet. Ada sate ayam basah, sate kerang, sate jeroaan, tahu tempe, telor puyuh, kerupuk dan semua itu disajikan ketika kita melakukan pemesanan dan pesana di antar. Bukan sudah ditempatkan disitu. Ada juga teh poci gulane batu, tapi sayang gula batunya Cuma sedikit.
Setelh berhenti sebentar di sebuah masjid sebelum masuk kota batang, sebelum dhuhur, perjalanan sampai di Masjid berikutnya di kota Brebes sebelum masuk kea rah Cirebon. Kita berhenti berisirahat disitu, kurang lebih pukul 13.30 dan sholat dan tidur sebentar, pukul 14.30 perjalanan di lanjutkan melintas kota cirebon yang lumayan panas.
Ohya satu catatan ketika aku di masjid untuk sholat dhuhur dan ashar di jamak, kok sepetinya mesjid itu angker juga, bukan karena karomah mesjid itu, tetapi karena tulisan yang terpampang di situ “Sandal-Sepatu dan sepeda moator harap di jaga sendiri/” terkesan disitu banyak terjadi pencurian dan memang sih, banyak preman yang menjaga tempat parkit mesjid itu dan mengutip jasa 1000 untuk motor dan untuk mobil aku tidak tahu. Memang banyak hal yang harus dilakukan oleh pemimpinn Islam agar suasana mesjid menjadi penuh wibawa dan memberikan rasa aman dan nyaman bagi pengunjungnya.
Melewati kota cirebon lumayan lancar, tidak ada titik kemacetan yang terjadi, bahkan pintu di perlintasan masuk jalan tol yang biasanya tempat kemaceatan terjadi nampak okey-okey saja. Dari cirebon kita menuju jalur palimanan-kadipaten untuk selanjtnya menuju ke arah sumedang dan bandung. Aku belum pernah melewati jalur ini sehingga jalur ini aku lalui sekarang. Lumayan lancar dan tidak ada kemaceten. Untuk menghilangkan rasa penat dan capek saya berhenti sebentar di pinggiran sungai Cibingbing untuk sekedar melepaskan lelah dan memulihkan kondisi fisik. Disitu saya minum es kelapa, harganya Rp 5.000,- Aku disitu sekitar pukul 16.45 sore berangkat kembali menuju arah sumedang. Dan sampai di sumedang maghrib dan mencari penginpan. Kita mendapatkan penginapan di hotel kencana untuk melati 1 dan mendapatkan kamar ekonomi seharga Rp 85.000,-. Lumayan jorok kelas ekonomi ini, tapi ya beginilah namanya juga kelas ekonomi. Bayangkan gagang kunci sebelah dalam sudah rompal copot. Dan kalau mau buka pintu harus dilakukan pemasangan gagang supaya as kunci pintu dapat berputar.
Sementara tara kamar mandinya bau dan airnya sangat keruh, dan sisa-sisa sabun dan bungkus sabun semua ditaruh di atas lubang angin. Sehingga menjadikan pemandangan yang tidak indah. Tidakkah punya waktu bagi pengelola hotel ini untuk sekedar membersihkan kamar mandi dari sisa-sisa sabun dan pembungkuskanya dari pada hanya sekedar di taruh di lubang angin. Yang lebih menakjubkan di lubang angin itu adalah adanya kondom bekas yang di taruh disitu. Rupanya hotel ini merupakan hotel mesum juga, mungkin iya apalagi di pinggir jalan besar arah cirebon bandung ini.
Kota Sumaedang sebenarnya merupakan kota yang indah jika dikelola dengan baik, dengan membersihkan alun-alun dari pedagang kaki lima akan menjadiklan alun-alun menjadi tempat yang indahh di hadapan pak bupati, bukan hanya pedagang kaki lima yang mendominasi juga adanya tumpukan sampah yang berada di dekat tugu persembahan bagi pak bupati pertama sumedang KPA Suriatmaja yang banyak sekali sampah bertumpuk disitu sehingga menyebabkan pemandangan menjadi tidak indah. Kota Sumedang boeh dikata hanya sepanjang jalan Prabu Geusan Ulun saja, yang distu sudah mencakup pasar, kantor bupati, alun-alun, masjid agung, kantor polisi dan lain-lain.
Pukul 10.00 aku berangkat mneinggalkan hotel di sumedang untuk melanjutkan perjalanan ke kota bandung. Melewati pegununungan yang dahulu sangat terkenal bahayanya yakni Cadas Pangeran. Pemandangan didaaerah cadas pangeran sebenarnya indah. Dan sekarang cadas pangera sudah dibangun beton-beton pembatas antara jalan dan jurang, sehingga nampak kalau dari kejauhan seperti piringan. Dengan dibangunnya pembatas jalan ini, jalan menjadi lebih aman dan menjadi lebih lebar. Tidak seperti dahulu lagi.
Selepas cadas pangeran di situ ada tempat Wana Wisata, dimana disitu berjejer temapt makan khas Sunda dan dibawahnya dibangun taman, kemarin itu tamannya tidak tampak seperti taman karena gersang. Makan di situ murah juga harganya, tidak beda dengan tempat makan yang lain di sumedang atau bandung. Nasi pakai bakul, Pepes Ikan mas, Oncom dan cabe sayur, harganya Rp 10.000,- sama seperti harga di depok.
Selepas Wanawisata, pkl 11.30 perjalanan dilanjutkan. Terjadi kemacetan yang lumayan panjang ketika meninggalkan wanawisata menuju daerah Unpad-Unwim dan baru normal kembali setelah itu. Mungkin karena jalan sempit dan banyak keluar masuk mobil dari jalan-jalan kecil di kanan kiri jalan, beda dengan antara cadas pangeran yang kanan-kiri jurang. Nah kalau daerah Unpad kanan kiri rumah penduduk.
Perjalanan lurus sampai Ujung bErung dan melalui Sukarno hatta. Aku mampir sebentar di tempat kost lama di Ciganitri untuk silaturahmi dengan yang punya kontrakan jaman dahulu. Bu Haji Halimah, yang punya rumah dan juga Kang Yayat yang rumahnya depan kontrakan ku dulu.
Bu Haji yang dulu kaya raya sekarang sering berkeluh kesah, karena lahan tambak ikan yang menjadi penghidupan bagi dia selama ini sekarang sudah tergerus oleh pembangunan perumahan dan sudah di beli oleh developer. Sehingga praktis kini penghidupan Bu Haji menjadi berkurang. Tidak lupa disitu ada maya yang dulu ketika aku tinggalkan masih kecil dan suka bengong menunggu bapaknya kini sudah kelas 3 SMP dan tidak mengenal aku lagi. Sebenarnya anak-anak bu haji halimah dulu suka berantem dan bertengkar denganku, tetapi ketika sudah pergi mereka pada kangen J.
Selepas Silaturahmi perjalanan di lanjutkan kembali dan sekedar melewati STT Telkom tempat di mana aku menimba ilmu dan melapangkan jalan mendapatkan pekerjaan dahulu. Suasana sepi karena masih pada libur dan kost-kost disekitarnyapun masih juga nampak sepi, mungkin masih pada libur lebaran.
Selepas itu aku ke jalan buah batu melalui sukabirus dan terowongan jalan tol. Dan belok ke arah buah batu dan lanjut sampai ke arah Cimahi-Cianjur-Puncak. Jalanan arah puncak lumayan lancar dan menyenangkan dimana jalan dari cimahi padalarang cipata berkelok-kelok walaupun halus, tetapi tetap hati-hati.